Kamis, 20 Oktober 2011

ANALISIS CERPEN “LINTAH” KARYA DJENAR MAESA AYU DENGAN KAJIAN STRUKTURAL

Dalam cerpen Djenar yang berjudul ”Lintah” yang menggambarkan penderitaan seorang anak korban penindasan ibu dan pacar sang ibu dan melebih-lebihkan dengan kalimat khusus ”ibu saya memelihara seekor lintah”

Cerpen “ LINTAH “ adalah karya dari penulis yang bernama Djenar maesa ayu. Dari judul cerpen ini sungguh menarik hati bagi para pembacanya dan menggugah rasa ingin tahu cerita cerpen “ LINTAH “ ini. Cerpen ini pasti akan membuat para pembaca menyangka bahwa tokoh “ LINTAH “ ini adalah seekor hewan tapi dalam cerita ini “ LINTAH “ berperan sebagai seorang laki-laki yang hanya saja di ibaratkan sebagai Lintah. Dalam cerpen ini, Jhenar berhasil meramu berbagai permasalahan dari hubungan cinta dan seksualitas dan kebencian yang dirasakan.
Dari cerpen yang berjudulkan “ LINTAH “ ini memiliki latar cerita hanya di rumah saja tidak di tampat-tempat yang lain. Dengan beralur maju karena dari waktu ke waktu dan bersudut pandang lintah sebagai tokoh utama.
Cerita pendek ini berawal dari seorang ibu yang memelihara seekor hewan Lintah yang telah di buatkan kandang lengkap dengan tempat tidur, tempat makan dan kamar mandi di tempatkan tepat disebelah kamar Ibu. Saya (Maha) dalam cerpen ini kurang setuju dengan kehadiran Lintah dirumahnya, sering Saya merengek untuk meminta Ibunya memelihara hewan lain tapi Ibu bersih keras untuk tetap memelihara Lintah dirumahnya.
Cerpen yang bertokohkan Ibu, Anak (Maha) dan Lintah ini mempunyai karakteristik sifat yang berbeda-beda. Disini Djenar menceritakan “ LINTAH “ yang memiliki sifat tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, seenak hatinya saja , kurang ajar, pandai menarik hati, suka tertawa di atas penderitaan orang. Sedangkan tokoh Ibu memiliki sifat yang sangat penyayang terutama pada Lintah tapi tidak pada Saya (Maha), mudah marah saat Saya (Maha) membicarakan tentang keburukan lintah, tapa sayangnya Ibu tidak pernah percaya pada semua omongan sang Anak karena sang Ibu sudah terlanjur menyayangi dan percaya pada Lintah. Tokoh Saya (Maha) adalah seorang anak yang penyabar, selalu mengalah dan selalu iri pada Lintah karena Lintah sudah merebut kasih sayang dari Ibunya.
Dari hari ke hari hubungan sang Ibu dengan Lintah semakin erat saja. Kalau dulu sang Ibu hanya membawanya ke dalam kamar, sekarang Ibu membawanya kemana-mana. Karena penasaran atas apa yang dilakukan Ibu di dalam kamar dengan Lintah, sang anak (Saya) mengintip disela-sela tirai yang sedikit terbuka, betapa kaget sang anak setelah melihat apa yang terjadi dikamar, dia melihat seekor ular yang merah menyala. Lidahnya menjulur keluar dan liurnya menetes ke bawah.
Pada bagian cerita yang ke dua, sang Ibu adalah seorang penyanyi yang jarang sekali pulang karena tidak tentu jadwal kerjanya. Sering sang anak (Saya) berfikir dia lebih suka kalau Ibunya tidak dirumah karena “Saya” sudah muak melihat kedekatan Ibu dengan Lintah. Sering kali Ibu menyanyi dengan Lintah yang sudah berubah menjadi ular-ular kecil di atas kepalanya. Ibu memang sudah terkenal, dia diberi julukan penyanyi medusa. Dari profesi sang Ibu itu, ekonomi keluargapun semakin membaik.
Pada bagian ini adalah permasalahan yang di alami oleh “Saya” yang semakain membenci Lintah karena Lintah yang telah membelah diri dan menyelinap ke bawah baju Saya dan dari kejadian ini saya juga membenci Ibunya.
Dari cerpen yang berjudulkan “ LINTAH “ ini menggunakan majas perumpamaan misalnya pada kata “ senja kelam dan suara petir bertalu-talu “. Di cerpen ini juga mengandung beban mental yang di alami oleh tokoh Saya, karena sering sekali tertekan oleh sikap Lintah terhadapnya. Seperti saat makan bersama disaat Ibu melemparkan makanan keatas kepalanya dan uluar-ular itu berebutan rakus diatas sana. Tentu saja sikap itu membuat tokoh saya tidak nafsu makan lagi tapi dia harus menghabiskan makanannya karena Ibu akan marah bila makanan itu tidak di habiskan, nah disitulah Lintah seakan menertawakan tokoh Saya denagan penuh kegembiraan. Tidak berhenti disini saja, kejadian itu datang lagi waktu pulang sekolah dan berada dalam kamar sang Ibu. Tiba-tiba saja Lintah melucuti dan menikmati tubuh Saya dengan wajah yang menyala seperti ular kobra yang siap memangsa mangsanya. Karena tokoh saya yang masih di bawah umur itu jelas dia merasakan beban mental yang begitu dalam atas perilaku Lintah.
Dari cerpen ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa janganlah sesekali menagalah terhadap orang yang akan menindas kita, selagi kita bisa berbuat apa yang terbaik buat kita, karena mengalah dari hal-hal yang membuat kita rugi pasti akan merugikan kita sendiri. Dan janganlah kita meniru sifat sang Ibu yang begitu sayang pada sang Lintah dan tunduk pada Lintah begitu saja tanpa melihat orang yang disayanginya (anaknya). Karena sifat-sifat Lintah yang buruk tidak baik untuk di contoh dalam kehidupan kita. Betapa buruknya sifat Lintah dalan cerpen ini yang selalu ingin menang sendiri tanpa menghiraukan perasaan “ Saya “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar